Lokasi pemberangkatan kami mulai dengan berkumpul di "Cak Di Food and Beverage" pukul 11 malam (kumpul ato cari togel tuh.. -_- ). Diskusi ngalor ngidul (bahasa mana yaakkk :p ) mengenai persiapan masing-masing, kami sepakati untuk berangkat pukul 01 dinihari. Setelah ngopi untuk melepas kantuk, langsung capcuzzz menuju kota Lumajang dan tiba pukul 05 pagi di sekitar Tumpang , kami mencari Masjid untuk beribadah dahulu. Sebelum melanjutkan, kami sempat mengambil gambar untuk mengabadikan moment sebagai bahan dokumentasi...
Oiyaaa...sedikit berbagi Info dari referensi yang kami peroleh, untuk menuju ke Ranu Kumbolo harus memenuhi persyaratan antara lain fotocopy KTP dan Surat Keterangan Sehat dari dokter ( mau mendaki kaya mau nglamar kerja -,-" ). Gugling-gugling bentar, kami memutuskan untuk mengurus Surat keterangan sehat di Puskesmas Tumpang yang kebetulan buka 24jam (kagak tidur tuh karyawan nya :D ). Setelah medical Check Up, akhirnya kami dinyatakan sehat wal'afiat (alhamdullilah ^_^ ). Sukses mendapatkan surat yang membuktikan bahwa kami benar-benar sehat, kami memutuskan untuk mencari sarapan dulu.
Rupanya akses yang ditempuh jauuuuuhhhhhh dari apa yang kami duga. Sungguh parah (pake banget -_- ) untuk bisa mencapai lokasi. Mungkin Mobil Tank kalo lewat pasti Ngguling... Namun view yang ditawarkan selama perjalanan, subhannallah tidak bisa terucapkan.. :)
Benar-benar
pemandangan yang luar biasa indah (pake banget ^_^ ). Salah satunya adalah
panorama “Bukit Teletubbies” yang selama ini sempat membuat kami penasaran…
Kurang lebih 1jam berjuang
dengan akses yang menegangkan dari Tumpang, akhirnya kami tiba di desa
Ranu Pani ( Desa terakhir sebelum pendakian). Clingak clinguk cari tempat parkir
motor, ketemu juga pondok untuk tempat peristirahatan motor kami (Sekedar info,
tarif parkir per malam untuk motor sebesar 5ribu). Sebelum memulai pendakian,
kami wajib melapor ke kantor perijinan untuk mendaki. Begitu semua
urusan administrasi dan perijinan beres, pukul 11 siang, perjalanan awal suram dimulai untuk menapak demi
setapak. Perlu diketahui, jarak desa Ranupani dengan Lokasi tujuan kami Ranu
Kumbolo adalah 10km. Waaawwwwww…….
Cukup membuat Nerves ketika melihat papan di desa Ranupani
bahwa suhu yang ditawarkan bekisar Minus 5 derajat untuk yang paling dingin
(bukan dingin tapi beku kaleeee’ -_- ). Itu baru di Ranupani, belum yang
di Ranu Kumbolo (bayangin sendiri deh)
-_- . Tapi Karena uda tiba di lokasi, rasanya pantang buat kami untuk
balik kucing (bukan balik anjing nuuww..
:p ).
Sepanjang perjalanan, kami juga sering berpapasan dengan pendaki yang lain (aksesnya cuma emang 1 jalur). Kurun waktu 1,5jam akhirnya kami tiba di Pos 1 dan memutuskan untuk memberi makan cacing ternak di perut kami yang uda pada mukul-mukul panci pertanda protes minta makan -_- . Daaaannnnn makanan faforit khas anak kos pun muncul. Yaakkkk benuuulll, Mie Instant… :D
Skip…skip…skip…cape ngetiknya -_-, singkat cerita, begitu tiba di pos 3
(pos terakhir sebelum Ranu Kumbolo) kami terpaksa membagi team menjadi 2 team. Team
pertama beranggotakan Vikar dan Muharer yang berangkat dahulu untuk mendirikan
tenda. Dan team kedua terdiri dari saya, Aini, Tohari beserta her lovely ( cieeee
) terpaksa “woles” karena medan dan fisik ternyata tidak berimbang. Langit senja uda
mulai beranjak berganti kerlip bintang yang nampak terang benderang serasa
berada di luar angkasa. Namun medan yang kami lalui semakin pekat dengan
dinginnya malam yang sudah mulai menyerang sejak sore hari. Tengok jam, uda
pukul 18.00. Jujur saya mulai putus asa bakal tiba di lokasi, segala macam
pikiran negative berkecamuk, takut binatang buas atau yang paling ekstrim bakal
beku di tengah hutan (perkiraan malam itu suhu tidak lebih dari 10 derajat).
Namun 5 menit kemudian, semua rasa itu berganti lega ketika dari kejauhan kami
melihat kerlipan danau dengan refleksi bintang di langit angkasa disertai cahaya
dari pinggiran danau yang pertanda bahwa kami telah sampai di Ranu Kumbolo.. :)
Saya berpikir bahwa penderitaan kami telah berakhir, tapi salah besar. Dengan suhu udara yang mendekati Nol derajat, meski tenda uda berdiri, pakaian rangkap 4, tetap rasa dingin tidak menyerah untuk menyerang. Bahkan ada yang sampai menggigil, ngigau, dan begadang tidak bisa tidur dengan suhu yang sangat tidak bersahabat.
Saya berpikir bahwa penderitaan kami telah berakhir, tapi salah besar. Dengan suhu udara yang mendekati Nol derajat, meski tenda uda berdiri, pakaian rangkap 4, tetap rasa dingin tidak menyerah untuk menyerang. Bahkan ada yang sampai menggigil, ngigau, dan begadang tidak bisa tidur dengan suhu yang sangat tidak bersahabat.
Pukul 05 pagi, mata masih agak kantuk kriyep-kriyep tapi
moment Sunrise di Ranu Kumbolo adalah salah satu moment yang tidak bisa di
dapatkan di banyak tempat. Ga pake mandi dan cuci muka, ambil perlengkapan
motret dan langsung berangkatlah cari posisi strategis untuk memotret.Sepanjang perjalanan menentukan lokasi perburuan yang strategis, sering kali menemui tanaman yang membeku akibat suhu dingin.
Mendaki di perbukitan sekitar, nemu juga lokasi
yang pas. Prepare pasang jagang'e camera --" , nyalain rokok sambil
menunggu moment yang dinanti. 3..2...1.....
Beberapa kali jepret dan matahari uda mulai nongol semua,
ganti objek sekitar yang menjadi sasaran saya…
Subhanallah, Allahu Akbar….sungguh surga tersembunyi Jawa Timur. Hanya bisa
berdecak kagum menikmati hangatnya sinar matahari (meskipun suhu masih berkisar
tidak lebih dari 20 derajat) disertai panorama yang tidak bisa didapatkan di
tempat lain.
Puas mengabadikan beberapa objek, saya memutuskan balik ke tenda. Sarapan
dengan berbagai macam varian menu tersedia seperti mi kari ayam, mi goreng cabe
hijau, dan mi soto ayam :(Pukul 10 pagi, kami uda mulai berbenah persiapan balik lebih awal karena besoknya masih ada beberapa teman yang kudu masuk kerja termasuk saya :(
Sebelum perjalanan pulang, kami awali dengan Doa agar diberi kelancaran dalam perjalanan (hal yang tidak kami lakukan pada saat pemberangkatan). Pada akhir acara, saya mengabadikan moment perpisahan dengan Ranu Kumbolo.
Selama dalam tracking arah pulang, Puncak Semeru nampak mengeluarkan asap dari kawahnya. Beruntung hanya sekedar asap..
Meski dengan kondisi badan remuk dan kaki yang pastinya “bengkak”, namun
keindahan Ranu Kumbolo masih tertanam dalam memori ingatan kami. Sampai jumpa
Ranu Kumbolo, Terima kasih untuk pengalaman yang tidak akan dengan mudah untuk dilupakan.. :)
Pengunjung yang baik selalu meninggalkan jejak...
BalasHapus:D
satu pesan saja nge'
BalasHapusbuat pengunjung yang lain juga
jangan pernah nekat kesana tanpa persiapan Mental, Fisik, Logistik, dan Perlengkapan..!!!!
:D wkwkwkwkw...